Jakarta, Pilarindonesia.com – Bincang mahasiswa seputar Ramadhan 1444 H yang dilaksanakan oleh Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) bekerjasama dengan Ummat TV yang didukung oleh Misc Network, Mujahid Dakwah dan Pondok Multimedia Insan Rabbani, lewat Zoom Meeting dan Youtube Ummat TV, pukul 21.30 WIB, Sabtu (8/4/2023).
Kegiatan tersebut menghadirkan seorang mahasiswa S3 King Abdulazis University, Jeddah, Ustadz Andi Muh. Akhyar, S.Pd., M.Sc.
Dalam penyampaiannya pada program bertajuk “Suka Duka Puasa di Negeri Orang” itu, Akhyar menyampaikan alasannya sehingga memilih untuk lanjut S3 di Saudi dibandingkan di negara-negara Eropa.
“Kiblatnya sains itu ke Eropa atau Jepang, tapi tentu kita sebagai Muslim ada kerinduan yang begitu besar untuk bisa menginjakkan kaki dan berziarah di dua Kota Suci, yakni Makkah dan Madinah, maka semangat dan niat untuk berziarah di dua Kota Suci tersebut menjadi niat pertama dan utama sehingga memilih untuk kemudian melanjutkan studi ke Saudi Arabia,” ujarnya.
Akhyar merupakan alumni S1 dari Universitas Negeri Makassar dan S2 Universitas Gajah Mada. Di King Abdulazis University, Akhyar merupakan penerima beasiswa dari Kementerian Pendidikan Saudi Arabia.
Menurut Akhyar, King Abdulazis University adalah salah satu universitas terbaik yang ada di dunia.
“Alhamdulillah, di Saudi setelah menggali secara mendalam dari segi pendidikan. Juga tidak kalah dibandingkan negara negara-negara di Eropa dan Jepang. Kampus saya, King Abdulazis University ini menjadi kampus terbaik di Timur Tengah, dan masuk 100 universitas terbaik di dunia, dan bahkan belum ada kampus-kampus di Indonesia yang mampu mencapai 100 terbaik di dunia,” ungkapnya.
Akhyar juga berbagi cerita tentang suka duka yang dirasakan selama kuliah di Saudi yang bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan, salah satunya yang paling besar menurutnya adalah jauh dari keluarga.
“Secara jarak antara Saudi dan Indonesia itu sekitar 9000 kilometer, dengan waktu tempuh menggunakan pesawat selama 10 jam dan biayanya sekitar Rp 24 Juta pulang pergi dari Saudi ke Makassar. Maka di sini melahirkan duka, dan ini saya rasa adalah duka yang paling besar yang saya rasakan berpuasa di Saudi, yaitu jauh dari keluarga, jauh dari orangtua, jauh dari istri, anak dan keluarga besar yang lain,” terangnya pria kelahiran Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan itu.
Akhyar juga mengatakan, posisinya yang berada di Jeddah, yang hanya berjarak 80 KM dari Masjidil Haram, yang hanya ditempuh 1 jam menggunakan bus dan 30 menit menggunakan kereta. Artinya peluang untuk beribadah ke Masjidil Haram lebih dekat.
“Tapi alhamdulillah suka yang paling besar adalah bisa mendapatkan pahala shalat 100.000 ribu kali dibandingkan dengan masjid yang ada di Indonesia, karena 1 kali shalat di Masjid Nabawi itu sama dengan 1000 kali di masjid umum, sedangkan 1 kali shalat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 kali masjid umum, begitupun dengan umrah, dan saya rencana beri’tikaf di Masjidil Haram di 10 hari terakhir,” jelasnya.
Tips Kuliah di Saudi
Ketua PP LIDMI Periode 2015-2017 tersebut juga menceritakan bahwa perjuangan dan persiapannya untuk dapat kuliah di Saudi sudah sejak lama.
“Dan ini juga menjadi motivasi bagi adik-adik bahwa saya berdoa diberikan nikmat bisa menempuh pendidikan di Arab Saudi sejak tahun 2012. Kala itu sedang beri’tikaf di Masjid Ulul Abab UNM. Alhamdulilah, Allah baru wujudkan di tahun 2023 dan full beasiswa. Dan melakukan persiapan selama 4 tahun,” tuturnya.
“Jangan pernah henti berharap dan berdoa untuk setiap cita-cita yang kita inginkan. Entah kapan semua akan terkabulkan, teruslah gantungkan harapan itu kepada Allah. Karena Allah tahu kapan waktu tepat untuk menjawab setiap doa-doa Kita,” tuturnya.
Akhyar juga memberikan tips kepada seluruh perserta yang berminat kuliah di Saudi, bagi jurusan agama maka bekal yang penting adalah bahasa Arab, dan jika jurusan umumx maka bahasa inggris dan dibuktikan oleh sertifikat IELTS, karena lebih luang jangkauannya dibandingkan dengan Toafl, bisa dipakai keseluruh dunia untuk studi.
“Jika persyaratan bahasa sudah terpenuhi, maka kita tinggal menunggu waktu pandaftarannya buka, dan biasanya membutuhkan 1 tahun lebih persiapan,” kata Akhyar.