Pilar Islam – Dulu, Masjid Rasulullah ﷺ di Madinah, secara fisik tak ubahnya seperti gubuk sederhana. Lantainya hanyalah tanah, tiangnya dari batang pohon kurma, atapnya daun-daun kering, tanpa hiasan, tanpa marmer, tanpa pendingin udara. Namun dari sanalah lahir generasi terbaik umat ini. Mereka para sahabat yang membawa cahaya Islam ke penjuru dunia.”

Kini, banyak masjid di berbagai Negeri Islam berdiri megah bak istana-istana para raja. Kubahnya menjulang, lampunya bergemerlap, arsitekturnya memesona mata. Tapi sayang, dari sebagian besar masjid itu, tak lahir generasi tangguh. Sujudnya hanya sebentar, majelis ilmunya sepi, dan ruh dakwahnya memudar.”
Allah Azza wa Jalla berfirman:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْآصَالِ [36] رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَـٰرَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ…. [37]
“(Masjid-masjid itu adalah) di rumah-rumah yang Allah izinkan untuk ditinggikan dan disebut nama-Nya di dalamnya; di sana bertasbih kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. (Di dalamnya ada) laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan salat, dan menunaikan zakat…”
(QS. An-Nūr: 36–37)
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الْبِلادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا، وَأَبْغَضُ الْبِلادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَ»
“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya, dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.”
(HR. Muslim, no. 671)
Sementara kenyataan yang dialami oleh ummat Islam saat ini adalah memenuhi pasar pasar dan menjauhi masjid.
Hikmah dan Pelajaran dari Kontradiksi Dua Kondisi di Atas:
1. Keutamaan masjid bukan pada fisiknya, tapi pada ruhnya.
Masjid Nabi sederhana tapi penuh dengan zikir, ilmu, dan jihad. Masjid masa kini megah tapi sering hampa makna.
2. Kemuliaan masjid terletak pada aktivitas penghidupnya.
Yang memakmurkan masjid bukan arsitek, tapi orang-orang beriman yang senantiasa menghadiri shalat berjamaah, majelis ilmu, dan amal sosial.
3. Kemunduran umat bukan karena masjidnya jelek, tapi karena isinya kosong.
Bangunan masjid boleh sederhana, tapi isinya harus penuh makna. Sebaliknya, masjid yang megah tapi kosong dari ruh Islam, tidak memberi kehidupan bagi umat.
4. Masjid zaman Nabi adalah pusat peradaban, bukan sekadar tempat ibadah saja.
Dari masjid lahir pemimpin adil, ahli ilmu, dermawan, dan mujahid. Kini masjid dijauhkan dari urusan umat, dibatasi hanya untuk salat formal.
Kiat-Kiat Menghidupkan Masjid:
1. Perbanyak kajian ilmu yang rutin dan bermanfaat.
Ilmu adalah cahaya. Majelis ilmu adalah denyut nadi kehidupan masjid yang akan melahirkan energi dahsyat mengubah keadaan manusia.
2. Hidupkan shalat berjamaah dan qiyamullail.
Jadikan masjid tempat untuk menghidupkan hati, bukan sekadar simbol prestise dan kebanggaan warga saja.
3. Fasilitasi generasi muda dengan program kreatif dan Islami.
Tarik pemuda ke masjid, bukan menjauhkannya karena aturan kaku atau minim aktivitas.
4. Masjid sebagai pusat sosial dan pelayanan umat.
Buka pintu masjid untuk kegiatan sosial: santunan yatim, pos kesehatan, pelatihan ekonomi umat.
5. Libatkan masyarakat secara aktif.
Bangun kepemilikan kolektif atas masjid agar semua merasa memiliki dan ingin berkontribusi.
Semoga Allah menjadikan masjid-masjid kita sebagaimana masjid Nabi ﷺ — bukan hanya tempat shalat, tapi menjadi pusat peradaban unggul dan tangguh.
اللهم أحينا بالمساجد وأحي قلوبنا وارفع منزلتنا بها
Ya Allah, hidupkanlah kami dengan masjid, dan hidupkanlah hati kami melalui masjid-masjid dan tinggikan derajat kami dengannya.
Penulis: Ustadz Fadlan Akbar, Lc., MHI., Pimpinan Darul Qur’an Mafaza Makassar.






