Makassar, Pilarindonesia.com – Forum Ummat Islam Bersatu (FUIB) Sulawesi Selatan menilai terjadinya aksi unjuk rasa di sejumlah kota besar yang berakhir dengan tindakan anarkisme akibat kesenjangan sosial.

Menurut Ketua Umum FUIB Sulsel, Mukhtar Daeng Lau, telah terjadi perbedaan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama ekonomi, sosial dan politik, serta akses terhadap kesempatan atau sumber daya, yang menciptakan jurang pemisah antara kelompok-kelompok yang berbeda.
“Diperparah dengan aspirasi rakyat yang terkesan tidak didengar. Sehingga sangat penting bagi semua komponen ummat dilibatkan dalam memecahkan problematika ini,” ujarnya, Selasa, 2 September 2025.
“Pemerintah dan legislatif harus bisa introspeksi, mengoreksi diri masing-masing,” katanya.
Kendati demikian, Mukhtar Daeng Lau meminta kepada seluruh pihak untuk menahan diri agar tidak menimbulkan masalah yang lebih serius lagi.
Dia mengatakan, kebebasan menyampaikan pendapat dijamin perundang-undangan selama sesuai dengan rambu-rambu hukum yang berlaku. Akan tetapi yang dilarang adalah ketika demonstrasi berubah menjadi anarkis, seperti yang terjadi di Kota Makassar pada Jumat malam, 29 Agustus 2025, kantor DPR Sulawesi Selatan dan DPRD Makassar dibakar massa pendemo, yang juga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, sebanyak lima orang meninggal dunia dalam peristiwa kebakaran di DPRD Makassar.
Olehnya, Mukhtar juga meminta kepada kepolisian untuk segera menangkap para pelaku perusakan dan pembakaran serta menyeret aktror intelektual di balik demo berujung anarkis itu.
“Ini pasti ada mafianya. Ada aktornya sehingga kejadian bisa berjalan terstruktur, sistematis dan massif. Harus ditangkap dan diseret ke pengadilan semua yang terlibat,” tegasnya.







