Makassar, Pilarindonesia.com — UKM Teater Kampus Unhas (TKU) pentaskan tiga pertunjukan teater; Debat Mahakala, Aktor Tersesat, Arajang di Baruga A.P Pettarani, Universitas Hasanuddin, Minggu (21/09/25).

Produksi karya TKU kali ini menghadirkan konsep “Mappatudang” yang artinya mendudukkan. Melalui konsep tersebut harapannya konflik yang sering terjadi pada isu budaya, seni pertunjukan, dan keseharian dapat diselesaikan melalui musyawarah atau duduk bersama.
Tiga Pertunjukan Teater
Haikal, sutradara debat mahakala, menggambarkan pertunjukan teaternya tentang waktu, seorang manusia yang merasakan kehidupannya selalu mengalami repetitif dan kekalahan manusia itu sendiri dalam mengatur waktunya.
“Menggambarkan tentang keangkuhan dan kesombongannya manusia yang menggap bahwa waktu adalah suatu hal yang dapat dikendalikan padahal nyatanya waktu adalah entitas yang absolut, saya juga menggambarkan tentang kehidupan manusia yang selalu saja berputar di lingkaran yang itu itu saja” gambaran pertunjukannya, Haikal seorang mahasiswa hubungan internasional.
Herda, sutradara aktor tersesat menjelaskan pandangannya menilai seni peran dalam berteater, dirinya juga mencoba mendobrak sisi misogini yang ia rasakan dalam dunia teater.
“Aktor bukan sekedar alat memainkan peran, meskipun mereka punya pemahaman tersendiri, mereka punya instrument dalam menunjukan diri mereka, memahami perannya dan memahami tubuh mereka sendiri,” jelas mahasiswa sastra Inggris ini.
Meilani, sutradara arajang, menceritakan prosesnya dalam menyutradarai arajang, baginya naskah adaptasi dari cerpen Khrisna Pabichara adalah naskah tradisi yang perlu dipahami secara mendalam sebelum menjadi satu karya pertunjukan yang utuh.
“ini bukan satu hal yang mudah saya lewati, saya harus riset terlebih dahulu ke Bone bertemu puang matoa, bertemu bissu lainnya, bertemu para penanggap budaya,” cerita mahasiswa ilmu gizi ketika menyutradarai naskah tradisi.
Tanggapan Penonton
Mulawarman, Alumni Universitas Hasanuddin, menanggapi tiga pertunjukan tersebut sangat sempurna, dalam apresiasinya ia mengusulkan rektor Universitas Hasanuddin mendukung karya seni mahasiswa ini melalui ruang latihan atau studio teater yang lebih baik lagi.
“Saya melihat ketiga pertunjukan ini, luar biasa musiknya, luar biasa aktornya, luar biasa lampunya, ketiga pertunjukan ini bagus sekali, saya lebih suka ini pertunjukan yang terakhir, mulai dari kain putihnya, musiknya luar biasa, pencahayaannya luar biasa. Saya melihat semangat kesenian mahasiswa sangat hidup di sini, rugi mereka ini yang tidak hadir nonton pertunjukan teater kampus, pimpinan kampus harus turut hadir mendukung karya teater kampus seperti ini” apresiasinya.
Tentang UKM Teater Kampus Unhas
Teater Kampus Unhas (TKU) berdiri pada tahun 1979 diprakarsai oleh beberapa kelompok mahasiswa yang “mabuk Kreativitas”, namun tidak memiliki wadah untuk mengekspresikan dirinya. Tahun 1985 dan 1992 merupakan “memori indah” yang telah dikubur mati, organisasi yang berasaskan kekeluargaan dan kebersamaan menjadi vakum. TKU kembali bangkit pada 12 Desember 1998. Tinta emas pernah ditorehkannya dalam sejarah TKU Indonesia pada gaung Festival Teater Mahasiswa Nasional (FESTAMASIO) tahun 2001 di Samarinda. Kini Teater Kampus Unhas terus melakukan pengaryaan seninya melalui berbagai festival.
Editor : Akhdan Abizar
Sumber Berita : Akhdan Abizar