Pesan Dokter Buat Ayah-Bunda yang Mondokin Anak di Pesantren

- Penulis Berita

Rabu, 20 November 2024 - 00:26

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dr. Erta Priadi Wirawijaya Sp.JP

Dr. Erta Priadi Wirawijaya Sp.JP

Sudah sering saya menemukan kasus penyakit jantung rematik pada anak. Biasanya, kondisi ini terkait dengan infeksi saluran napas yang berulang, terutama nyeri tenggorokan. Namun, yang membuat kasus ini berbeda adalah tidak adanya tanda-tanda umum infeksi saluran nafas berulang seperti amandel yang membesar atau riwayat sering sakit tenggorokan. Gigi anak ini juga bagus, cuma ada sedikit plak, dan tidak ada riwayat atau gejala sering mengalami infeksi tenggorokan. Namun, ketika saya melihat kondisi kakinya, saya menemukan banyak keropeng dan bentol-bentol hitam.

Lalu saya bertanya, “Kamu mondok di pesantren?” Anak itu menjawab, “Iya, Dok.”

Saya lanjut bertanya, “Apakah kulitnya sering gatal?” Orangtuanya segera menanggapi, “Iya, sering sekali. Sudah diobati, tapi kambuh lagi.” saya tanya kembali “Gatalnya terutama malam?” anak itu menjawab “Iya”.

Saya pun menanyakan, “Di pesantren, banyak yang mengalami gatal seperti ini?” Anak tersebut menjawab, “Banyak, hampir semua begitu.” Orangtua anak bertanya, “Memang kenapa, Dok?”

Saya menjelaskan bahwa jantung anak mereka mengalami kebocoran. Ini disebabkan oleh peradangan pada katup jantungnya yang tidak sembuh dengan sempurna, sehingga katupnya tidak dapat menutup rapat dan menyebabkan kebocoran. Biasanya, kondisi ini terjadi akibat infeksi streptokokus group A di tenggorokan, tetapi bisa juga disebabkan oleh infeksi kulit, seperti yang terjadi pada anak ini.

“Sudah lama mondok di pesantren?” Saya bertanya, dan mereka menjawab sudah dua tahun.

Saya juga menyadari bahwa anak ini tampak kurus, lalu bertanya, “Di sana, apakah kamu mendapatkan cukup protein?” Anak itu terdiam…

Lalu saya perjelas pertanyaan nya, “Seberapa sering mendapatkan makanan seperti telor, ikan atau daging?” anak itu menjawab, “Dalam seminggu kadang dapat, kadang tidak. Biasanya sehari-hari makannya hanya nasi, tahu, tempe, sayuran juga jarang.”

Mondok di situ berapa bu biayanya? Jawab ibunya “Rp850 ribu sebulan.” Saya tanya anaknya, “Sekamar yang mondok berapa orang?” Jawab anaknya “30.”

Saya agak ngga percaya dengarnya. Jadi saya tanya lagi “Apa, sekamar berapa orang?” jawabnya “30 dok.” Ternyata saya tidak salah dengar…

Saya melanjutkan, “Bu, penyakit seperti ini biasanya terjadi di lingkungan yang padat, di mana penyakit mudah menular. Penyakit seperti ini juga sering terjadi pada anak yang kurang gizi. Saya harus jujur ya bu Bu, anak ibu butuh asupan gizi yang cukup. Setiap makan, harus ada lauk atau telurnya. Dan untuk mengobati jantungnya, kita tidak bisa mengabaikan infeksi berulang yang menjadi penyebab dasarnya. Infeksi kulit seperti scabies atau kurap harus diobati sampai tuntas. Kalau tidak, penyakitnya akan terus kambuh. Saya sarankan, selama pengobatan anak tinggal di rumah ibu saja, pastikan kulitnya sembuh sempurna tidak kambuh lagi.”

Saya mohon maaf jika ini terdengar kritis, tapi saya tidak bermaksud menjelekkan pesantren. Namun, memang seringkali terjadi kasus penyakit jantung rematik yang dipicu oleh infeksi sekunder Streptococcus group A (SGA) pada kasus scabies di lingkungan pesantren. Saya mengimbau kepada para orangtua yang anaknya mondok di pesantren, tolong perhatikan situasi di sana. Pastikan anak-anak mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi tinggi, terutama di usia pertumbuhan yang sangat memerlukan asupan gizi seimbang. Pastikan situasi nya tidak padat, ventilasi udaranya baik, sehingga penyakit tidak mudah menular. Selain itu, pastikan juga tidak ada wabah scabies di pesantren tersebut, karena penyakit ini bukan hanya menyebabkan ketidaknyamanan akibat gatal, tetapi juga bisa memicu infeksi berulang yang dapat merusak jantung anak.

Saya juga rasa pemerintah seharusnya mengambil peran lebih dalam meregulasi pesantren. Seharusnya ada aturan yang jelas mengenai jumlah anak dalam satu kamar, standar makanan bergizi yang harus diberikan, serta ventilasi ruang yang memadai. Dengan demikian, risiko kurang gizi dan penyakit pada anak dapat diminimalisir.

Facebook Comments Box

Editor : Muh. Akhdan Abizar

Sumber Berita : Facebook: Dr. Erta Priadi Wirawijaya Sp.JP

Berita Terkait

KKN-PK Bonto Salluang Sosialisasi “Generasi Cerdas, Tunda Pernikahan Dini Anak”
KKN-PK 67 Bonto Salluang Perkenalkan CERDIK: Cegah Rabies, Disiplin, Kenali Risiko
Hadapi Musim Pancaroba dan Krisis Iklim, Greenpress Tekankan Mitigasi Berbasis Ekosistem
WIZ Luncurkan Rumah Sehat Berdaya, Layanan Kesehatan Berbasis Alami Nabawi
Sayur Gratis, WIZ Kolaborasi Masjid Darul Hikmah: Masjid Berdaya Umat Berjaya
Bakti Sosial WIZ Gerai Bulungan dan Komunitas Postel Peringati Hari Postel ke-79 di Tanjung Selor
Selamat, Prof Muhammad Asdar Pimpin ASPETRI Sulawesi Selatan
Hari Lupus Sedunia 2024, Dokter Siloam Hospitals Makassar Kupas Tuntas Penyakit Lupus

Berita Terkait

Selasa, 19 Agustus 2025 - 12:09

Dewan Da’wah Pusat Kembali Terjunkan Da’i ke Sejumlah Wilayah Pelosok di Sulawesi Selatan

Minggu, 20 Juli 2025 - 22:09

MPLS SMP IT Wahdah Islamiyah Makassar, dari Grogi jadi Happy

Minggu, 20 Juli 2025 - 07:22

Ikatan Keluarga Darul Huffadh Cabang Makassar Gelar MHQ di Asrama Haji Sudiang

Selasa, 15 Juli 2025 - 00:20

Antara Masjid Nabi dan Masjid Modern Kaum Muslimin Sekarang

Selasa, 24 Juni 2025 - 01:38

Tahfiz Gratis Al-Hafisku Gowa Wisuda Perdana Penghafal Qur’an 30 Juz, Hadir Juga Juara Hafiz Indonesia

Selasa, 10 Juni 2025 - 23:26

Dr Syamsuddin Arif Jelaskan Makna Akal dalam Diskusi Subuh di Masjid Sultan Alauddin Makassar

Rabu, 4 Juni 2025 - 23:25

Hari Arafah Adalah Waktu Mustajab, Jangan Lupa Perbanyak Doa

Rabu, 4 Juni 2025 - 05:17

Jangan Lupa Sahur Sebentar untuk Puasa Arafah Kamis Besok, Pahalanya Dahsyat

Berita Terbaru