Jakarta, Pilarindonesia.com — Aktivis sosial Ryan Latif mengumandangkan peringatan keras kepada konglomerasi besar di Indonesia.

Dia menilai bahwa rakyat kecil makin terjepit oleh kekuatan ekonomi yang tidak seimbang.
Menurut Ryan Latif, jika modal besar digunakan untuk menindas rakyat melalui praktik yang berjalan dengan uang, maka pihaknya bakal membela dengan darah.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan ke publik, Ryan Latif menyebut bahwa posisi usaha kecil dan masyarakat lapis bawah kini semakin rentan di tengah dominasi pemain besar dalam rantai distribusi dan akses pasar.
“Ketika mereka mengendalikan uang, harga, dan akses, itu bukan persaingan sehat, itu penindasan,” ujarnya, melalui rilisnya, Selasa, 21 Oktober 2025.
Ryan Latif menegaskan bahwa langkah-langkah seperti penguasaan pasar, kontrol harga, dan hambatan bagi pelaku usaha kecil bukanlah sekadar persoalan ekonomi, melainkan persoalan keadilan sosial. Jika kondisi itu terus berlangsung tanpa penanganan, ia memperingatkan bahwa rakyat akan bangkit dan kami bela bersama darah menjadi simbol komitmen mereka untuk berdiri di sisi masyarakat kecil.
Meskipun pernyataan itu mengandung unsur retorika kuat, Ryan Latif menjelaskan bahwa maksudnya bukan upaya kekerasan fisik, melainkan semangat perjuangan yang tidak kenal kompromi terhadap ketidakadilan.
“Bela dengan darah artinya berdiri bersama rakyat, bukan menyerah,” katanya.
Ryan Latif juga mengajak pemerintah, regulator dan masyarakat luas untuk turut mengawasi jalannya persaingan usaha di sektor ritel dan distribusi agar memastikan bahwa kekuatan modal besar tidak menjadi alat penindasan.
Kasus ini memperlihatkan dua sisi penting: pertama, bagaimana kekuatan modal dan jaringan dapat memengaruhi akses ekonomi rakyat; kedua, bagaimana ketidakadilan ekonomi bisa berkembang menjadi persoalan sosial-politik bila tidak segera direspon.
Aktivis seperti Ryan Latif ini mengingatkan bahwa keadilan bagi yang kecil adalah pondasi penting bagi kelangsungan stabilitas sosial.
Editor : Irfan Jurnalis






