Makassar, Pilarindonesia.com – Jurnalis senior, Edy Mulyadi, akan menjadi pembicara dalam Dialog Kebangsaan bertajuk “Menuju Indonesia yang Lebih Baik’, di Gedung Menara Bosowa, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Makassar, Sabtu besok (4/8/2023).
Kegiatan yang digelar oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212 Sulawesi Selatan bersama dengan sejumlah ormas Islam di Kota Makassar, itu akan dihadiri ratusan peserta dari kalangan ormas Islam, lembaga dakwah, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat dan pemuda, serta relawan bakal calon presiden Anies Rasyid Baswedan.
Dialog Kebangsaan yang akan dimoderatori Pemimpin Redaksi Pilarindonesia.com dan media cetak bulan Koran Pilar Indonesia, Irfan Abdul Gani, itu akan berlangsung sejak Sabtu siang besok sampai menjelang masuknya waktu shalat Dzuhur.
Menurut Hayat Anas selaku ketua panitia kegiatan, selama beberapa hari di Kota Makassar, Edy Mulyadi akan berbicara di sejumlah tempat.
Selain di acara Dialog Kebangsaan, dia menyampaikan, Edy, yang juga dikenal sebagai aktivis dakwah, juga akan mengisi khutbah Jumat di salah satu masjid di Kota Makassar pada Jumat hari ini. Kemudian, Edy juga akan berbincang sederhana bersama para aktivis Islam dan praktisi media Islam. Selanjutnya, acara serupa juga akan diadakan di halaman kantor LBH Makassar, serta di Sekretariat Majelis Wilayah KAHMI Sulawesi Selatan, dan mengisi kajian Subuh di Masjid Raya Bukit Baruga, Antang.
“Semoga sejumlah kegiatan Bang Edy Mulyadi selama di Kota Makassar, diberikan kemudahan, kelancaran serta diridhoi dan diberkahi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin,” terang Hayat.
Edy Mulyadi sudah tiba di Kota Makassar, Jumat pagi tadi, dan langsung dijemput tim di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Kota Makassar.
Profil Edy Mulyadi
Edy Mulyadi dikenal sebagi wartawan senior di Jakarta. Dia mengawali karir jurnalistiknya di Harian Ekonomi Neraca. Kemudian berkiprah di Harian Media Indonesia, grup stasiun televisi nasional, Metro TV. Edy juga sempat memperkuat Metro TV sebagai produser, lalu berpindah ke Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), yang sekarang menjadi MNC TV. Tak hanya itu, Edy juga sempat menjadi redaktur eksekutif Majalah Warta Ekonomi, redaktur senior Inilah Group, dan sebagai pendiri dan pemimpin Majalah Smart Investing Guide, serta sejumlah media lainnya di Ibu Kota.
Edy tercatat sebagai pendiri Yayasan CEDes Nusantara. Sebagai direktur program CEDes, Edy menulis seputar ekonomi dan demokrasi yang dimuat di banyak media cetak dan media online. Edy juga merupakan penulis buku Bukan Sri Mulyani, tapi NEOLIBnya itu LHO.
Edy Mulyadi semakin dikenal luas publik setelah melakukan reportase langsung di lokasi tewasnya enam laskar Front Pembela Islam (FPI) di KM 50 tol Jakarta-Cikampek, yang dibuatnya dalam bentuk video, dan telah ditonton lebih dari 1 juta kali.
Buntut dari video reportase itu, Edy Mulyadi, yang juga aktif sebagai wartawan di Forum News Network (FNN), sempat dipanggil polisi dan dimintai keterangan penyidik Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.
Tak hanya itu, Edy Mulyadi juga telah merasakan hotel prodeo atas vonis 7 bulan 15 hari penjara yang dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta, imbas pernyataannya mengenai pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) ke Kalimantan yang disebut sebagai “tempat jin buang anak” di kanal YouTube “BANG EDY CHANNEL”.
Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat menilai, Edy terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.