Sudah sering saya menemukan kasus penyakit jantung rematik pada anak. Biasanya, kondisi ini terkait dengan infeksi saluran napas yang berulang, terutama nyeri tenggorokan. Namun, yang membuat kasus ini berbeda adalah tidak adanya tanda-tanda umum infeksi saluran nafas berulang seperti amandel yang membesar atau riwayat sering sakit tenggorokan. Gigi anak ini juga bagus, cuma ada sedikit plak, dan tidak ada riwayat atau gejala sering mengalami infeksi tenggorokan. Namun, ketika saya melihat kondisi kakinya, saya menemukan banyak keropeng dan bentol-bentol hitam.

Lalu saya bertanya, “Kamu mondok di pesantren?” Anak itu menjawab, “Iya, Dok.”
Saya lanjut bertanya, “Apakah kulitnya sering gatal?” Orangtuanya segera menanggapi, “Iya, sering sekali. Sudah diobati, tapi kambuh lagi.” saya tanya kembali “Gatalnya terutama malam?” anak itu menjawab “Iya”.
Saya pun menanyakan, “Di pesantren, banyak yang mengalami gatal seperti ini?” Anak tersebut menjawab, “Banyak, hampir semua begitu.” Orangtua anak bertanya, “Memang kenapa, Dok?”
Saya menjelaskan bahwa jantung anak mereka mengalami kebocoran. Ini disebabkan oleh peradangan pada katup jantungnya yang tidak sembuh dengan sempurna, sehingga katupnya tidak dapat menutup rapat dan menyebabkan kebocoran. Biasanya, kondisi ini terjadi akibat infeksi streptokokus group A di tenggorokan, tetapi bisa juga disebabkan oleh infeksi kulit, seperti yang terjadi pada anak ini.
“Sudah lama mondok di pesantren?” Saya bertanya, dan mereka menjawab sudah dua tahun.
Saya juga menyadari bahwa anak ini tampak kurus, lalu bertanya, “Di sana, apakah kamu mendapatkan cukup protein?” Anak itu terdiam…
Lalu saya perjelas pertanyaan nya, “Seberapa sering mendapatkan makanan seperti telor, ikan atau daging?” anak itu menjawab, “Dalam seminggu kadang dapat, kadang tidak. Biasanya sehari-hari makannya hanya nasi, tahu, tempe, sayuran juga jarang.”
Mondok di situ berapa bu biayanya? Jawab ibunya “Rp850 ribu sebulan.” Saya tanya anaknya, “Sekamar yang mondok berapa orang?” Jawab anaknya “30.”
Saya agak ngga percaya dengarnya. Jadi saya tanya lagi “Apa, sekamar berapa orang?” jawabnya “30 dok.” Ternyata saya tidak salah dengar…
Saya melanjutkan, “Bu, penyakit seperti ini biasanya terjadi di lingkungan yang padat, di mana penyakit mudah menular. Penyakit seperti ini juga sering terjadi pada anak yang kurang gizi. Saya harus jujur ya bu Bu, anak ibu butuh asupan gizi yang cukup. Setiap makan, harus ada lauk atau telurnya. Dan untuk mengobati jantungnya, kita tidak bisa mengabaikan infeksi berulang yang menjadi penyebab dasarnya. Infeksi kulit seperti scabies atau kurap harus diobati sampai tuntas. Kalau tidak, penyakitnya akan terus kambuh. Saya sarankan, selama pengobatan anak tinggal di rumah ibu saja, pastikan kulitnya sembuh sempurna tidak kambuh lagi.”
Saya mohon maaf jika ini terdengar kritis, tapi saya tidak bermaksud menjelekkan pesantren. Namun, memang seringkali terjadi kasus penyakit jantung rematik yang dipicu oleh infeksi sekunder Streptococcus group A (SGA) pada kasus scabies di lingkungan pesantren. Saya mengimbau kepada para orangtua yang anaknya mondok di pesantren, tolong perhatikan situasi di sana. Pastikan anak-anak mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi tinggi, terutama di usia pertumbuhan yang sangat memerlukan asupan gizi seimbang. Pastikan situasi nya tidak padat, ventilasi udaranya baik, sehingga penyakit tidak mudah menular. Selain itu, pastikan juga tidak ada wabah scabies di pesantren tersebut, karena penyakit ini bukan hanya menyebabkan ketidaknyamanan akibat gatal, tetapi juga bisa memicu infeksi berulang yang dapat merusak jantung anak.
Saya juga rasa pemerintah seharusnya mengambil peran lebih dalam meregulasi pesantren. Seharusnya ada aturan yang jelas mengenai jumlah anak dalam satu kamar, standar makanan bergizi yang harus diberikan, serta ventilasi ruang yang memadai. Dengan demikian, risiko kurang gizi dan penyakit pada anak dapat diminimalisir.
Editor : Muh. Akhdan Abizar
Sumber Berita : Facebook: Dr. Erta Priadi Wirawijaya Sp.JP