Makassar, Pilarindonesia.com – Muhammad Arfah (24 tahun), mahasiswa Indonesia yang kuliah di Internasional University of Afrika (IUA) Sudan, terpaksa harus dipulangkan ke kampung halamannya di Kabupaten Gowa akibat perang.
Ia bersama rekan mahasiswa lainnya, berhasil dievakuasi setelah terkurung di asrama Kantor Dewan Pimpinan Luar Negeri Wahdah Islamiyah, Sudah, di daerah Ma’muroh, selama sepekan lebih.
Arfah sapaan akrabnya, menuturkan bahwa perang di Sudan melibatkan tentara Sudan dan Paramiliter Rappid Support Forces (RSF) di Kota Khartoum.
Menurutnya, sebelum ada serangan senjata, sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat, sempat terdengar suara tembakan.
“Sebetulnya kami juga tidak menyangka akan pecah perang ini. Biasanya kalau ada kejadian penting, pemerintah kota akan menginformasikan terlebih dahulu. Ini tidak ada info sama sekali,” katanya, Senin (15/3/2023).
Bukannya mereda, baku tembak justru semakin menjadi-jadi, sehingga Arfah dan beberapa penghuni asrama harus terkurung. Untuk makanan, mereka hanya mengandalkan perbekalan yang hanya cukup satu dua hari saja.
“Alhamdulillah, Wahdah Inspirasi Zakat membantu kami. Ada dana yang mereka kirim untuk bekal kami dan teman-teman selama belum ada evakuasi. Kalau kami dengar tembakan mereda kami berusaha menjangkau toko makanan terdekat. Ya, palingan mie instan saja dengan beras kalau ada,” tuturnya.
Arfah menyebutkan, proses evakuasi baru bisa berjalan setelah tiga hari pasca lebaran.
“Kejadiannya sekitar tanggal 23 Ramadhan kan. Nah, setelah Lebaran, pemerintah Indonesia baru mengerahkan bus untuk jemput kami menuju kantor PPI,” urainya.
Ia merinci, di hari pertama, para mahasiswa dijemput sekitar delapan bus yang awalnya direncanakan enam belas bus. Namun karena sulitnya akses, akhirnya dibuatlah dua kloter penjemputan.
“Saya dan teman-teman besok baru berangkat. Sekitar 450 orang kalau ditotalkan. Kita menginap dua hari di bandara lalu transit di Jeddah dan baru ke Indonesia,” jelasnya.