Makassar, Pilarindonesia.com – “Tetap Samawa Disaat Sulit” menjadi tema yang diangkat dalam Bincang Keluarga yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Salimah Sulawesi Selatan, secara offline di Perpustakaan Wilayah Makassa, dan via online via zoom meeting, Senin(3/10/22).
Meskipun hujan deras mengguyur Kota Makassar, sore itu, namun tak menyurutkan langkah peserta untuk hadir. Kali ini, tidak hanya para bunda, juga terlihat antusias para ayah hadir dalam kegiatan itu. Tercatat jumlah peserta yang hadir 126 orang hadir secara offline, dan 66 orang hadir online. Peserta terdiri dari pengurus, anggota dan binaan Salimah Sulsel, tokoh masyarakat, guru dan beberapa komunitas.

Kegiatan tersebut terselenggara atas kerjasama Lembaga Amil Zakat Nasional Yakesma dengan menghadirkan pakar parenting, konsultan keluarga dan penulis buku, Cahyadi Takariawan, yang sering disapa Pak Cah.
Bincang keluarga kali ini dipandu oleh Neny Asri sebagai MC, dan Fenny Ponto selaku moderator.
Ketua PW Salimah Sulsel Aisyah Ilyas dalam sambutannya, menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang membantu terselenggaranya kegiatan ini, pihak Yakesma yang telah bermitra dengan Salimah dan seluruh panitia yang menyiapkan kegiatan ini dengan gerakan cepat dan penuh ketaatan.
“Kegiatan ini sejalan dengan visi kita di Salimah sebagai Ormas muslimah yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup perempuan, keluarga dan anak Indonesia,” tutur Aisyah.
“Dalam mengokohkan ketahanan keluarga, tentu tidak dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri. Kita perlu bersinergi baik dengan pemerintah, Ormas dan juga lembaga lainnya. Oleh karena itu kami dari Salimah khususnya PW Salimah SulSel agar kedepan nya dapat terus bersinergi dalam membangun ketahanan keluarga,” tutur Aisyah.
Dan selanjutnya acara yang paling ditunggu-tunggu seluruh peserta yaitu pemaparan materi Bincang Keluarga oleh Pak Cah. Dalam paparannya, beliau menjelaskan “tiga aspek untuk menjaga keseimbangan antara suami dan istri 3 hal yang perlu diperhatikan dalam membangun antara pasangan suami istri yaitu kohesi, flekxibility, dan komunikasi.”
“Kohesi artinya bagaimana setiap pasangan menciptakan kelekatan antara suami dan istri, diibaratkan seperti pakaian yang melekat bagi siapapun yang memakainya dan tidak mudah orang lain untuk melepasnya, yang kedua Flexibility yaitu menerima perbedaan pendapat, menghadapi perubahan, dan mampu menyesuaikan diri pada situasi tak terduga. Dan yang ketiga adalah komunikasi yaitu membangun komunikasi yang tepat kapan baiknya menggunakan komunikasi afektif, dan kapan menggunakan komunikasi asertif,” lanjut Pak Cah.
“Setiap pasangan suami istri, selalu menjadikan Rasulullah dan Nabi Ibrahim sebagai teladan yang baik dalam membangun sebuah rumah tangga, agar setiap rumah tangga yang mengalami goncangan mampu keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi,” ujarnya.
Antusias peserta untuk mengajukan pertanyaan, namun waktu yang sangat terbatas sehingga hanya dibatasi beberapa orang saja. Jawaban yang diberikan Pak Cah pun cukup menyentak kesadaran peserta untuk memulai menjaga ketahanan keluarga salah satunya saling memberikan yang terbaik untuk pasangan demi kebaikan bersama.
Laporan: Ifah Humas PW Salimah Sulsel