Makassar, Pilarindonesia.com– Ribuan jamaah menshalati jenazah Ustadz Mansyur Salim, di Masjid Anas bin Malik, Kampus STIBA Makassar, Rabu (5/1/2021).
Masjid berkapasitas 1.500 orang itu disesaki jamaah, sehingga membuat sejumlah jamaah terpaksa mengantri saat hendak menunaikan salat Dzuhur.
Sebelum dishalatkan, sejumlah ustadz dari ormas Wahdah Islamiyah dan Kampus STIBA Makassar memberikan kesan atas kebaikan yang pernah dilakukan Ustaz Mansyur Salim semasa hidupnya.

“Beliau inilah yang mengajarkan saya bahasa Arab sejak di madrasah tsanawiyah,” kata Ustaz Ahmad Hanafi selaku ketua STIBA Makassar, yang tampak mencoba menahan air matanya.
Dalam kesempatan itu, selaku pimpinan Kampus STIBA, Ustadz Hanafi menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergian Ustaz Mansyur Salim, yang juga masih tercatat sebagai dosen di Kampus STIBA.

Juga tampil memberikan sepatah kata terkait pesan belasungkawa bagi keluarga almarhum, yakni Sekretaris Jenderal DPP Wahdah Islamiyah, Ustadz Syaibani Mujiono, dan anggota DPD RI, Tamsil Linrung.
“Sebenarnya kemarin, saya sudah berencana untuk datang menjenguknya, tetapi ternyata dipertemukan di masjid ini. Innalillahi wa inna Ilaihi roji’un,” tutur Tamsil
Shalat jenazah kemudian dipimpin oleh KH Said Abd Shamad, Lc., seorang ulama sepuh Sulsel.
Jenazah Ustadz Mansyur Salim lalu diantar untuk dikebumikan di pekuburan Baqi’, Kecamatan Mongcongloe, Kabupaten Maros.
Minta Dibelikan Ponsel Demi Muktamar Wahdah Islamiyah

Sekretaris Jenderal DPP Wahdah Islamiyah, Ustadz Syaibani Mujiono, mengenal Ustadz Mansyur Salim sebagai sosok guru yang murah senyum dan tidak pernah marah kepada murid-muridnya.
Yang lebih mengharukan lagi, kata dia, yang disampaikan pihak keluarga, saat dalam kondisi sakit kala Wahdah Islamiyah hendak menggelar Muktamar IV, belum lama ini, Ustadz Mansyur Salim minta dibelikan telepon seluler berupa smartphone.
“Katanya agar bisa ikut memantau dan mengikuti pelaksanaan muktamar Wahdah Islamiyah,” tutur Ustadz Syaibani.