Makassar, Pilarindonesia.com – Yayasan Kapala Sikawarui Appa Sulapa sukses menggelar forum group discussion (FGD) Refleksi 19 Tahun Bom Makassar 5 Desember 2002-5 Desember 2021, di Baruga Anging Mammiri, Rumah Dinas Wali Kota Makassar, Jalan Penghibur, Ahad (5/12/2021).
Acara bertema “Menjadikan Radikalisme dan Terorisme sebagai Musuh Bersama dalam Menjaga Keutuhan NKRI” itu menghadirkan Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulang Terorisme (BNPT), Prof DR Irfan Idris, MA., dan pengamat politik dan pertahanan keamanan Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, DR Arqam Azikin, MSi., sebagai pembicara.
Mewakili sejumlah pengurus, Ustadz Muchtar Dg Lau selaku ketua Yayasan Yayasan Kapala Sikawarui Appa Sulapa, mengatakan perjalanan selama 19 tahun pasca kasus bom Makassar, cukup banyak memberikan hikmah dan pelajaran.
Dia pun menyampaikan sejumlah poin yang menjadi catatan pinggir dari momentum refleksi 19 tahun bom Makassar itu.
“Bukan orang kuat yang akan mampu bertahan dan menang, tetapi mereka yang mampu menyesuaikan diri dan memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan. Karena yang tidak mampu menyesuaikan diri, dia akan menjadi punah dan tidak diperhitungkan,” tutur Ustadz Muchtar di depan peserta yang kebanyakan dari kalangan aktivis Islam.
Dalam kesempatan itu juga, dia juga berbagi wawasan terkait cara menangkap paham terorisme dan radikalisme.
Menurut Ustadz Muchtar, yang juga merupakan ketua umum Forum Ummat Islam Bersatu (FUIB) Sulsel, kepada yang sudah terpapar atau pun yang belum, pola penanganan yang tepat adalah menjalin komunikasi yang baik. Kemudian menggencarkan kegiatan deradikalisasi. Berikutnya menggalang dukungan dan kerjasama dari semua elemen bangsa, termasuk kalangan organisasi masyarakat beserta dengan para tokohnya.

Dalam kegiatan itu, Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Makassar, Zainal Ibrahim, juga tampil memberikan kalimat sambutan, dan sebagai perwakilan dari Pemerintah Kota Makassar, ia menyampaikan apresiasi dengan pelaksanaan acara tersebut.
Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof Irfan Idris, MA., juga menyatakan bangga dan memberikan apresiasi atas kegiatan yang digelar Ustadz Muchtar Daeng Lau bersama teman-temannya di Yayasan Kapala Sikawarui Appa Sulapa.
Dia menyebut, lembaga tersebut merupakan mitra dari BNPT yang nantinya akan bersinergi dalam sejumlah program.
Prof Irfan juga memaparkan sejumlah kegiatan yang selama ini dilakukan BNPT, terutama dalam melakukan kegiatan pencegahan dan pembinaan terhadap para mantan pelaku tindak pidana terorisme.
Adapun DR Arqam Azikin, MSi., menjelaskan tentang wawasan kebangsaan. Dia mengatakan, berbicara tentang kenegaraan, maka ada tiga variabel yang melekat, yakni negara, tokoh dan regenerasi.
Dalam diskusi yang dimodetori pemimpin redaksi media online Pilarindonesia.com, Irfan Abdul Gani, tersebut, Arqam secara lugas menyampaikan tentang sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Tak lupa ia menceritakan sejarah singkat tentang gerakan pemberontokan yang dipelopori Partai Komunis Indonesia di Madiun.
Arqam mengakui, kondisi sekarang sungguh sangat berbahaya lantaran generasi mudanya, terutama generasi yang lahir di tahun 2000-an, kebanyakan tidak paham dan tak tahu serta ogah mempelajari sejarah.
“Anak muda sekarang mulai kehilangan peta sejarah, hilang peta keummatan dan kehilangan peta NKRI, dan ini sangat berbahaya sekali,'” jelasnya.
Arqam juga menyampaikan secara gambalang tentang ancaman yang mengintai NKRI saat ini, yakni ancaman militer dan non-militer. Hal itu juga telah ia bukukan dan dua bua bukunya telah diserahkan kepada Prof Irfan Idris untuk disampaikan kepada kepala BNPT.
“Kalau ancaman militer, terlalu banyak, dan TNI sudah paham akan hal itu. Kalau ancaman non-milter, seperti terorisme, cyber dan narkoba. Kemudian perlu kita tahu bersama bahwa di dalam undang-undang, kita ada kewajiban untuk ikut latihan bela negara,” terang Arqam.