Makassar, Pilarindonesia.com – Usia senja di sebagian orang adalah masa istirahat, berkumpul bersama merasakan kehangatan keluarga. Namun tidak bagi Nenek Huriyah (79).
Puluhan tahun yang lalu, ia telah ditinggal suami yang berpulang duluan. Karena harus menyambung nafas panjang 2 anaknya, Nenek Huriyah pun berjuang bekerja mencari nafkah halal sebagai pedagang kecil di Kota Makassar.
Sebelum berdagang sayur di pinggir jalan, Nenek Huriyah menjajakan dagangannya dengan berkeliling keluar masuk permukiman warga. Namun, karena kelemahan fisik di usia tua, Nenek Huriyah memilih berdagang sayur di pinggir jalan.

Nenek Huriyah sadar bahwa lahan yang ditempati berjualan juga bukan tempat yang kondusif untuk berdagang, namun tidak ada pilihan lain. Keinginan untuk terus memenuhi pangan keluarga jauh lebih kuat daripada kekhawatirannya selama berdagang di pinggir jalan.
Setiap hari, Nenek Huriyah berdagang sejak pukul 10.00 siang. Hasil dagangan tak menentu Jika dagangannya laku, Nenek Huriyah bisa kembali ke rumah sebelum shalat Ashar, namun sebaliknya, jika dagangannya sepi, Nenek Huriyah menunggu sampai jelang shalat Magrib. Tak jarang beliau pun harus menghabiskan seharian waktunya di jalan, di tengah terik matahari yang sangat panas.
Saat Tim Rumah Zakat menyambangi lokasi jualannya, Nenek Huriyah sedang melayani pembeli dagangannya dengan penuh senyuman.
“Alhamdulillah, karena semangatnya tersebut, kami memborong dagangan Nenek Huriyah dan berbagi sedikit bingkisan kebutuhan dapur,” tutur salah seorang relawan Rumah Zakat.
Tak henti lisan Nenek Huriyah berucap syukur dan berterima kasih. Tampak aura kebahagiaan yang terpancar dari parasnya.
“Terima kasih Nenek Huriyah telah diizinkan berbagi. Semoga berkah rezeki nenek sekeluarga. Aamiin,” ucapnya.