Jakarta, Pilarindonesia.com – Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara Ustaz Muhammad Zaitun Rasmin dan da’i kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) duet dalam Kajian Spesial Akhir Ramadan yang diadakan saluran Channel YouTube Ummat TV, milik ormas Wahdah Islamiyah, pada Kamis (6/5/2021).
Dalam acara yang berlangsung lewat aplikasi Zoom yang dipandu host Arie Untung tersebut, Ustaz Zaitun mengatakan bahwasanya tujuan Ramadan adalah membentuk pemenang sejati.
“Ramadhan itu bulan tarbiyah, bulan pembinaan dan bulan penumbuhan. Bulan-bulan selanjutnya, kita lahir sebagai pribadi yang istimewa yang lebih baik dari sebelumnya. Menjadi pemenang sejati. Itulah tujuan Ramadan,” tutur pengurus MUI pusat itu.
Ustaz Zaitun menjelaskan sebagai bulan tarbiyah Ramadanmenuntun umat untuk mengendalikan diri dan mengendalikan emosi.
“Tarbiyah tentang pengendalian diri, pengendalian nafsu. Pengendalian nafsu dari untuk menguasai, untuk memiliki, untuk menikmati apa-apa yang tidak diridhai Allah yang tidak dihalalkan Allah,” jelasnya.
Menurut Ustaz Zaitun, apa-apa yang bukan menjadi hak kita, jangan diambil. Kemudian, apa-apa yang bukan untuk kita, jangan kita kuasai. “Karena itu akan berujung ke neraka,” tegas Ustaz Zaitun.
Terkait pengendalian emosi, Ramadan melatih umat untuk melakukannya. Emosi merupakan hal yang buruk, berbahaya.
“Ketika Ramadhan, dan ada orang yang menyerang kita, maka kita mengatakan, ‘Saya sedang berpuasa’. Puasa datang mentarbiyakan kita. Kendalikan emosi. Jangan sekali-kali membalas. Apakah kita harus melawan? Kita harus menghindar. Jangan membalas, tahan emosi. Ini perlu saya sampaikan,” kata Ustaz Zaitun, yang juga merupakan ketua umum Wahdah Islamiyah, ormas Islam yang berkantor pusat di Kota Makassar.
Sementara itu, dalam tausiyahnya, Ustaz Abdul Somad yang lebih populer dengan sapaan UAS, menyampaikan tiga poin.
Pertama tentang nikmat Ramadhan. Dikatakan UAS, begitu banyak orang yang menginginkan hidup pada Ramadan tetapi telah dipanggil Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Berapa banyak orang yang ingin hidup pada Ramadan tetapi lebih cepat keinginan, dipanggil Allah. Begitu hidup sangat singkat,” jelasnya.
Nikmat Ramadan ini tentu kita perlu disyukuri dengan memperbanyak amal shalih. “Maka jadikan Ramadhan ini seperti Ramadan terakhir,” ujar UAS.
Selanjutnya, Ramadan mengenalkan umat tentang hawa nafsu. Menurut UAS, hawa nafsu tidak diperkenalkan dengan teori. Islam bukan agama teori. Islam agama praktek.
“Dengan Ramadan, kita disadarkan bahwa hawa nafsu ini besar sekali keinginan kita, hausnya, laparnya, dahaganya. Tetapi begitu azan magrib berkumandang, minum tiga teguk air, makan tiga butir kurma maka hilanglah dia semua,” ungkap UAS.
Dalam kehidupan, lanjut UAS, manusia memiliki keingina menumpuk harta, keinginan memiliki harta yang mewah, kendaraan yang mahal, hingga perhiasan yang cantik. Itu semua hanya mimpi-mimpi indah, ketika malaikat maut mencabut nyawa, itu semua tinggal kenangan saja.
“Salat tiga rakaat di tengah malam, bershalawat, pernah turut membebaskan tanah untuk pesantren, tangan yang mengusap anak yatim, itulah yang kita bawa (ke akhirat). Lainnya fatamorgana. Lainnya tinggal cerita,” kata UAS.
Untuk itu, pada poin ketiga UAS menyampaikan soal amal jariyah. Kekal abadi adalah dalam bentuk amal jariyah. Diantaranya pembebasan tanah. Pembebasan tanah untuk pesantren, untuk rumah tahfiz Quran. Itulah yang menjadi melapangkan alam barzakh kita. Menerangi alam kubur kita,” lanjut UAS.
Kajian Akbar bertema “Dengan Ramadhan dan Alquran Kita Raih Hidup Baru” ini diikuti oleh ribuan peserta, baik melalui Zoom Meeting maupun kanal-kanal Youtube media partner. Di sela-sela kajian dilakukan penggalangan donasi untuk pembangunan Pondok Pesantren Alquran Al Madinah di Gunung Kidul, Yogyakarta. Hingga selesai acara terkumpul donasi sebesar Rp. 174.590.000.