Jakarta, Pilarindonesia.com — Data and Computational Journalism (DCJ) Workshop and Conference, didukung oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, memberikan pelatihan jurnalisme data dan komputasi untuk peliputan COVID-19 kepada 31 peserta yang terdiri dari jurnalis, dosen, dan mahasiswa jurnalistik di Makassar, Lombok dan Bali.
Kegiatan yang berlangsung secara daring tersebut diadakan selama 5 hari, yakni pada 23, 24, 25 dan 30 April hinggal 1 Mei 2021.
Kepala Humas Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Angie Mizeur, mengatakan pelatihan tersebut diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menganalisis data secara lebih kritis dan akurat guna menjelaskan realita pandemi COVID-19 secara lebih baik.
“Sangat penting bagi para jurnalis mempelajari data jurnalisme menggunakan alat teknologi dari praktisi jurnalisme AS dan alumni AS yang membantu jurnalis untuk bisa memberikan informasi lebih menarik menggunakan visualisasi data terutama pemberitaan selama pandemi. Dengan begitu, para pembaca bisa lebih memahami dan melihat data lebih baik. Di samping itu, jurnalis juga bisa membagikan ilmu tentang jurnalisme data kepada jurnalis lainnya di Indonesia timur. Pelatihan ini juga mengeratkan relasi antara Indonesia dan AS,” ujarnya.
Menurut Angie Mizeur, dalam situasi luar biasa yang diakibatkan oleh pandemi virus Corona sekarang ini, jurnalis memiliki peran penting dengan memberikan informasi situasi terkini dan berita terbaru terkait COVID-19, seperti kasus, kebijakan pemerintah, tanggapan masyarakat, temuan ahli medis, analisis di bidang kesehatan dan masih banyak lagi kepada publik.
Project Officer DCJ 2021, Utami Diah Kusumawati, menjelaskan jurnalis berada di barisan depan dalam memerangi disinformasi kepada publik.
Dia menyebut, munculnya berbagai data terkait COVID-19, baik dari pemerintah maupun lembaga non-profit (LSM) dapat membantu jurnalis untuk menghasilkan pemberitaan yang lebih baik dengan memberikan analisis mendalam namun sebaliknya juga bisa membingungkan jurnalis. Alasannya, sebagian data terkadang tidak konsisten dan terintegrasi di antara berbagai organisasi dan lembaga pemerintah.
Tidak hanya itu, minimnya pengetahuan tentang jurnalisme data, membedakan data dengan format benar dan tidak – juga menghambat jurnalis untuk memahami dan mengolah data dari narasumber.
Oleh karena itu, DCJ menyadari pelatihan sangat penting dilakukan untuk jurnalis. “DCJ bertujuan untuk membekali wartawan dengan keterampilan dan pengetahuan yang luas untuk menangani dan meminimalkan kesalahan atau disinformasi sebelum, selama, dan setelah wabah. Menghadirkan pakar AS dan Indonesia baik di bidang jurnalisme maupun teknologi dalam panel diskusi dan praktik langsung akan membangun jaringan yang kokoh dan memperkuat kemitraan bagi kedua negara,” terang Utami Diah Kusumawati.
Sementara itu, Communication Lead DCJ 2021, Annissa Mutia, mengatakan pelatihan ini juga menyoroti praktik jurnalisme data, tantangan dan peluangnya di Indonesia selama pandemi, baik di ruang redaksi di ibu kota Jakarta maupun provinsi lain dengan kasus COVID-19 tinggi,
“Serta menampilkan praktik terbaik jurnalisme data, mengeksplorasi teknologi dan alat baru yang muncul sebagai serta bertukar pengetahuan tentang jurnalisme data dan teknologi antara para ahli baik dari Amerika Serikat dan Indonesia,” kata Mutia.
Rangkaian pelatihan DCJ 2021 juga diadakan di Jakarta (DKI Jakarta), Surabaya (Jawa Timur), Palembang (Sumatera Selatan), Makassar (Sulawesi Timur), Banjarmasin (Kalimantan Timur), dan Ambon (Maluku).