DRAMA CINTA selalu ada dalam kisah manusia. Jangan tanya kisah Ikatan Cinta, Suara Hati Istri, yang menghiasi TV kita. Cerita cinta selalu digandrungi kaum hawa.
Tetapi kisah cinta yang melegenda selalu ada di hati manusia. Menjadi cerita yang mengharukan dari masa ke masa. Ceritanya abadi seiring waktu.
Tahun 1570, terdapat sebuah masjid yang dibangun di bukit tinggi di Istanbul. Namanya Mihrima Sultan Camii.
Tidak ada orang yang tidak mengetahui cinta Suleiman dengan Hürrem Sultan, asal Rusia yang dikenal sebagai Magnificent oleh orang Eropa. Tetapi kebanyakan dari tidak mengetahui kisah putri tunggal mereka, Mihrimah Sultan. Kisah Mihrimah Sultan dan dua karya arsitektur unik yang dibuat merujuk atas namanya.
Cerita tentang gadis Turki tak ada habisnya. Perempuan dengan bola mata biru, bersinar, bulu mata yang lentik dan hidung yang mancung, bikin lelaki sulit berpaling.
Ada satu anak Sultan Sulaiman Al Qanuni, namanya Mihrimah Sultan. Anak dari Hurrem Hatun, perempuan asal Rusia, seorang budak yang jadi selir Sultan. Tetapi dari rahimnya lahir 3 pria dan 2 perempuan, salah satunya kelak jadi pengganti Sultan Sulaiman.
Mihrimah Sultan, seorang gadis yang dibesarkan di istana. Karena kepandaiannya, ayahnya seringkali mengajak dia berdiskusi tentang masa depan kesultanan. Darah Soviet yang mengalir dalam darahnya membuat dia juga seorang pemberani.
Hingga suatu waktu, saat ia sudah dewasa, ia dilamar dua pria; satunya adalah Gubernur Diyarbakir, Rustem Pasha, dan yang lainnya adalah Mimar Sinan, seorang kepala arsitek istana.

Sultan lebih memilih menikahkan putrinya dengan Gubernur Diyarbakir, Rustem Pasha. Cinta Mimar Sinan kandas. Cintanya pada Mihrima Sultan pun ia abadikan dengan membangun masjid.
Masjid Mihrima Sultan lokasinya berada di Edinerkapi, Istanbul. Masjid itu memiliki satu menara berdiameter 38 meter dan 161 jendela. Pada satu kubah tipis melambangkan betapa cerah dan jernih keindahan batin, di mana matahari menyinari hampir di setiap sudut.
Konon, di Masjid Mihrimah Sultan ini, sebenarnya cukup untuk dua menara, namun sengaja hanya diadakan satu menara saja, yang melambangkan kesendirian Mimar Sinan yang cintanya tak sampai.