Mamuju, Pilarindonesia.com – Langit senja mulai beranjak dari Dusun Tamasapi dan Dusun Tapodede, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (3/2/2021), sore itu.
Langkah mungil anak-anak pengungsi berjalan menyusuri jalanan dusun menuju sebuah rumah berdinding batu bata. Di terasnya lembaran tikar terhampar di atas lantai papan yang ditata seadanya. Sudah lebih sepekan halaman rumah itu dialihfungsikan menjadi tempat belajar mengaji bagi warga yang mengungsi.
Di tempat itulah Wildanun (8) dan Nurtasya (10) bersama dengan teman-temannya mengikuti kegiatan belajar Kitab Suci Alqur’an yang dibimbing relawan kemanusiaan dari ormas Wahdah Islamiyah.
“Saya senang ada kakak-kakak dari Wahdah yang mengajar kami mengaji, karena waktu gempa, ustadzah yang sering mengajar kami tidak bisa lagi datang mengajar, karena dia juga kena gempa,” tutur Wildanun sembari tersenyum.

Seorang relawan, Mahyuddin, mengatakan kegiatan pembinaan yang mereka lakukan senantiasa mendapat respons yang baik dari warga pengungsi, terutama anak-anak.
“Semangat anak-anak untuk mengaji sangat besar. Bahkan sebelum jam mengaji yang sudah ditentukan, mereka sudah ada di tempat mengajinya,” tuturnya.
Mahyuddin menyampaikan, sebanyak 75 anak yang mereka bina. Ia bagi menjadi dua kelas, yakni kelas pagi dan sore, sedangkan malam harinya diisi oleh ibu-ibu dan remaja.
“Untuk pagi dan sore hari, khusus anak-anak yang dibimbing mengaji, menggunakan Iqro, sedangkan malam harinya, untuk ibu-ibu menggunakan metode Dirosa (metode pengajian khusus untuk orang dewasa),” jelasnya.
Pasca gempa tektonik berkekuatan 6,2 skala richter yang mengguncang Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021), sejumlah relawan kemanusiaan ormas Wahdah Islamiyah diterjunkan ke lokasi bencana membantu warga yang mengungsi. Selain menyalurkan bantuan, relawan juga bertugas memberikan pembinaan mental, termasuk bimbingan belajar Kitab Suci Alqur’an.
Laporan: Jefriadi, relawan Wahdah Islamiyah