Makassar, Pilarindonesia.com – Forum Peduli Rohingya Makassar menyatakan duka dan keprihatinan mendalam atas meninggalnya Munir, seorang imigran asal Rohingya, yang ditemukan tewas tergantung di kamarnya, di Pondok Nugraha, Jalan Daeng Tata, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.
Ketua Forum Peduli Rohingya Makassar, Muhammad Iqbal Djalil, mengatakan jika Munir meninggal karena gantung diri, kemungkinan besar disebabkan guncangan psikologi akibat tidak adanya kejelasan agenda pemberangkatan para pengungsi Rohingya ke negara pihak ketiga yang menjadi tempat bagi mereka untuk mencari suaka atau perlindungan.
“Tentu kami sangat berduka atas meninggalnya saudara kita, Munir. Kami sangat berharap dan kembali meminta kepada pihak PBB, dalam hal ini UNCHR, untuk memberikan kepastian kepada para imigran Rohingya lainnya mengenai agenda pemberangkatan mereka, karena kami menduga ini salah satu faktor Munir nekat mengakhiri hidup jika memang dia mati karena bunuh diri. Mungkin akibat setres dan depresi,” kata Ustadz Ije, sapaannya, Rabu, 3 Februari 2021.
Menurut mantan anggota DPRD Makassar dua periode itu, imigran Rohingya termasuk yang paling banyak ditampung di Makassar, dan kebanyakan dari mereka sudah ada yang tinggal bertahun-tahun. Bahkan ada yang telah kawin-mawin dengan warga negara Indonesia.
Ustadz Ije mengatakan, yang warga Rohingya selalu tuntut kepada UNHCR adalah sesegera mungkin pemberangkatan ke negara tujuan suaka. Namun, UNCHR tidak serta merta mengikuti dengan berbagai alasan.
“Upaya advokasi kepada imigran Rohingya sudah berulang kali kami lakukan bersama dengan kelompok ormas Islam lainnya di Makassar. Berkali-kali telah diadakan perundingan di meja DPRD Sulawesi Selatan yang membahas masalah tersebut, juga tak kunjung membuahkan hasil. Penyampaian dari UNHCR, tetap itu-itu saja, dengan alasan kuota penerimaan imigran di negara yang akan dituju, serta kelengkapan dokumentasi lainnya,” terangnya.
Berita terkait: Imigran Rohingya di Makassar Ditemukan Tewas Gantung Diri
Forum Peduli Rohingya Makassar mencatat, sebanyak 200 lebih imigran etnis Rohingya asal Myanmar tinggal di Kota Makassar dan tersebar di sejumlah penampungan pengungsi. Puluhan di antaranya telah kawin-mawin dengan warga lokal. Dari ratusan jumlah imigran itu, rata-rata dari mereka sudah ada yang tinggal selama bertahun-tahun di Makassar sambil menunggu kepastian agenda pemberangkatan ke negara pihak ketiga yang menjadi tujuan suaka.
Munir ditemukan tewas di pondok yang menjadi salah satu shelter atau penampungan imigran di Kota Makassar, pada Selasa sore kemarin. Kondisi mayat sudah membusuk, karena diprediksi telah korban meninggal dunia sejak Jumat pekan lalu.
Kepala Polsek Tamalate, Kompol Arifuddin A., belum bersedia memberikan pernyataan terkait motif kematian Munir.
“Masih kami dalami (motifnya),” ujarnya melalui pesan.
Irfan