Majene, Pilarindonesia.com— Dalam rangka membantu para pengungsi korban gempa bumi di Kabupaten Majene, 13 orang relawan Wahdah Islamiyah pejalan kaki tiba di posko pengungsian di Desa Tandealo, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene.
Perjalanan sekitar tujuh jam itu menguras tenaga relawan. Pasokan yang diberikan tak seberapa. Beberapa bahan makanan, termasuk sejumlah pasokan logistik setidaknya mampu menghilangkan lapar dan dahaga warga setelah beberapa hari menunggu kepastian kedatangan logistik.
Kendaraan tidak bisa tembus ke wilayah itu akibat longsor. Mobil relawan terpaksa diparkir di Dusun Kabiraan. Selanjutnya berjalan kaki menuju lokasi terdampak gempa.
“Kami menyebar bantuan logistik langsung ke lokasi itu. Tak mudah memang karena jalan utama tertutup longsor. Posko pengungsian di Desa Tandealo sekitar 1.800 jiwa. Sementara warga disana ada enam Desa yang terisolir,” kata Relawan Wahdah Islamiyah, Armansyah, dalam keterangannya Rabu 20 Januari 2021.
Armansyah bersama tim memulai perjalanan ke wilayah pegunungan itu sejak pukul 14.30 wita. Mereka singgah beristirahat di tengah perjalanan karena kondisi sudah gelap. Tepatnya di Dusun Taukong.
Bantuan yang mereka bawa antara lain bahan makanan pokok dan bahan bakar.
Penyaluran bantuan ke Barak Pengungsian bersama relawan seharian berjalan kaki. Tiba di pos pengungsian, relawan disambut warga dengan wajah bahagia. Meski pun, bantuan yang bisa sampai tak bisa meng-cover seluruh kebutuhan yang ada.
“Sebenarnya, jika keadaan normal, perjalanan dengan kendaraan hanya menempuh waktu sebentar. Tapi karena kondisi yang tak memungkinkan, jalan putus, makanya kami harus mengambil solusi ini. Mau tidak mau harus ditempuh dengan jalan kaki dan memakan waktu,” tuturnya.
Berdasarkan informasi yang diterima di lapangan, Arman menjelaskan, logistik kemudian didatangkan kembali dari arah Majene. Satu unit armada mengangkut logistik dan bahan bakar untuk warga. Relawan kemudian diangkut dengan menggunakan motor racing yang didesain di area lumpur untuk memudahkan perjalanan.
“Jadi untuk menambah pasokan, kita pakai motor selama dua jam. Dibawah sudah ada menunggu satu unit armada pengangkut logistik jadi warga yang angkut ke atas. Kalau jalan kaki bisa memakan waktu yang lama,” jelas Arman.
Untuk diketahui, terputusnya akses membuat bantuan bahan makanan tersendat. Warga masih banyak mengungsi dan belum dapat bekerja kembali. (*)
Supriadi