Makassar, Pilarindonesia.com – Di sela pelaksanaan Mukernas XIII Wahdah Islamiyah, juga diadakan webinar bertajuk “Pemuda Tangguh, No Baper, No Caper”, pada Jumat (25/12/2020).
Menghadirkan dua narasumber, yakni Ahmad Syarif, yang biasa disapa Kak Syarif, seorang praktisi dan konselor dari Yayasan Kita dan Buah Hati. Kemudian narasumber kedua adalah Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi.
Dalam materinya, Syarif menyampaikan beberapa fenomena di masyarakat sebagai bentuk lemahnya pembinaan remaja saat ini.
Dia menjelaskan bahwa baper yang merupakan singkatan dari terbawa perasaan, sedangkan dan caper singkatan dari kata cari perhatian.
“Baper dan caper ini bukan persoalan sepele. Baper dan caper bisa mengakibatkan adanya tawuran antar geng, remaja bunuh diri akibat putus cinta, pergaulan bebas, zina dan lain sebagainya,” kata Syarif dalam dialog yang berlangsung lewat aplikasi Zoom itu.
Berangkat dari fakta-fakta tersebut, sehingga ia menyarankan kepada keluarga Muslim untuk bersama-sama membina dan melahirkan remaja yang tangguh.
Syarif mengibaratkan remaja seperti pohon kurma. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Nuhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: pohon kurma adalah pohon yang segala sisi dan bagiannya selalu bermanfaat.
Permisalan lain pemuda tangguh juga sebagaimana Allah sebutkan dalam Surat Ibrahim ayat 24. Ibarat syajarah thayyibah yang akarnya kuat menghunjam, tidak mudah terombang-ambing, rantingnya tinggi menjulang, tak goyah diterpa angin, dan buahnya bisa dipetik setiap saat.
Adapun Hadi Mulyadi menyampaikan tentang tujuh modal dasar dalam membentuk pemuda tangguh.
Wagub yang akrab disapa Ustadz Hadi itu mengaku mendulang inspirasi dari Sultan Muhammad Al Fatih.
Ketujuh modal dasar yang dimaksud, yang pertama adalah harus memiliki cita-cita yang tinggi. Muhammad Al Fatih saat itu bercita-cita untuk menaklukkan Konstantinopel. Bahkan cita-cita tersebut sudah menjadi semacam obsesi yang diwariskan turun temurun sejak kakeknya dahulu.
Yang kedua adalah ketulusan dan keikhlasan. Ketiga harus memiliki kecerdasan dan kecakapan ilmu pengetahuan.
Keempat, memiliki kemampuan komunikasi. Dalam hal kemampuan komunikasi, Muhammad Al Fatih bahkan menguasai tujuh bahasa.
Karakter kelima adalah pekerja keras. Keenam, memiliki keteguhan dan keyakinan atas cita-cita yang ingin dicapainya, dan yang ketujuh harus memiliki keberanian.
“Soal keberanian, harus didasarkan pada analisa yang komprehensif. Tidak tergesa-gesa dalam memutuskan sesuatu,” pesan Ustadz Hadi.
Komitmen Wahdah Islamiyah untuk menyelaraskan gerakan dakwah dan penguatan ketahanan keluarga telah ditegaskan sejak pelaksanaan Muktamar Wahdaha Islamiyah ke-3 pada 2016 silam. Karena itulah setiap tahun dalam perhelatan Mukernas selalu diadakan webinar dengan bertemakan ketahanan keluarga.
Laporan : Murtadha Ibawi