Pangkep, Pilarindonesia.com – Kabupaten Pangkep dikenal dengan jargonnya bolu (ikan bandeng), lemo (jeruk), doang (udang) atau yang biasa disingkat BOLEDONG.
Khusus pada tanaman jeruk pamelo, kondisi saat ini, kalangan petani diperhadapkan dengan masalah rendahnya tingkat produktivitas akibat serangan hama ulat penggerek bunga dan puru buah (prays spp.) serta lalat buah (dacus sp.).
Hama puru buah merupakan salah satu hama utama yang menyebabkan kuantitas dan kualitas buah menurun. Gejala serangan pada bunga dan buah-buah yang baru terbentuk, menyebabkan bunga dan buah kecil berguguran, sedangkan pada buah yang besar terdapat puru-puru atau tonjolan-tonjolan pada buah dengan lubang ditandai dengan garis tengah 0,3-0,5 cm yang mengeluarkan getah.
Timbulnya puru atau benjolan pada permukaan kulit buah, menyebabkan harga buah jeruk turun dan mempengaruhi pemasarannya. Di sisi lain, keberadaan semut rangrang atau karella di pertanaman jeruk pamelo, sangat potensi untuk dimanfaatkan sebagai ahens pengendali hayati hama tersebut.
Olehnya, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin (Unhas), Kota Makassar, dengan tim pelaksana, masing-masing Prof. Dr. Ir. Nurariaty Agus, M.S., Dr. Ir. Tutik Kuswinanti, M.Sc., Dr. Ir. Ahdin Gassa. M.S., dan Dr. Ir. Rahmadani, M.Si., terpanggil untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di lokasi dengan menggandeng kelompok tani Mattirowali 2, dengan mengambil lokasi di Desa Ma’rang, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
“Dengan keahliannya masing-masing, kami melakukan penyuluhan dan demonstrasi terkait dengan pemanfaatan sumber daya lokal, yaitu konservasi semut rangrang untuk mengendalikan hama puru buah jeruk dan masalah kelembagaan dan pemasaran buah jeruk,” kata Prof. Nurariaty Agus.

Sebelum terjun dan beraksi di lokasi, tim terlebih dahulu melakukan survei lokasi di areal perkebunan jeruk di Kabupaten Pangkep, dan ditetapkanlah kelompok tani Mattrirowali 2 sebagai mitra untuk pelaksanaan kegiatan. Setelah berkordinasi dengan ketua kelompok tani dan petugas pertanian setempat, maka dipersiapkanlah materi yang terkait dengan kegiatan, seperti materi penyuluhan, bahan-bahan untuk konservasi semut, persiapan kebun percontohan dan sebagainya.
Lokasi penyuluhan disepakati di sekitar kebun jeruk untuk memudahkan praktek, sehingga dipilihlah salah satu rumah anggota kelompok tani Mattirowali 2 di sekitar kebun jeruknya. Persiapan bahan untuk konservasi semut rangrang berupa pakan semut yang bahan bakunya banyak di lokasi, yaitu dari limbah ikan bandeng dan usus ayam, dibuat di laboratorium Pengendalian hayati, Fakultas Petanian UNHAS. Selanjutnya dikemas untuk dibagikan ke masyarakat yang dilengkapi dengan wadah penyimpanan pakan berupa botol plastik.
“Adanya Covid-19 menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, karena tidak boleh mengumpulkan massa. Selain itu, juga hambatan teknis karena kondisi pertanaman jeruk. Efektifitas pemberian pakan sebaiknya pada saat pembungaan dan buah-buah muda. Jadi, kegiatan penyuluhan dilakukan ketika Covid-19 agak berkurang,” ujar Prof. Nurariaty.
Dia kembali menjelaskan, pada saat penyuluhan berlangsung yang dihadiri oleh anggota kelompok tani Mattirowali 2, kepala BPP, kordinator POPT Kecamatan Ma’rang, petugas-petugas (PPL dan POPT) dan tokoh-tokoh masyarakat, materi pun disajikan yang dibawakan langsung Prof. Nurariaty, terkait dengan teknis hama, penyakit dan musuh alami, khususnya tentang hama puru buah, hama lalat buah jeruk dan semut rangrang. Sedangkan yang terkait dengan pemasaran dan kelembagaan disampaikan oleh Dr. Ir. Rahmadanih, MS.
Diskusi yang dihadiri sekitar 30 orang, baik pria maupun wanita, tampaknya sebagian besar peserta belum paham tentang apa yang terjadi pada tanaman jeruknya dan pengelolaan produksinya.
Irfan